Menikah...
Adalah impian dari semua wanita, entah di berapa usia pun. Menikah menjadi momen istimewa yang ditunggu setiap pencinta. Dua puluh lima, usia matang, usia sempurna menyudahi status lajang bagi kebanyakan wanita masa kini. Bukankah menikah adalah menyempurnakan separuh agama? Lantas kenapa harus ditunda jika semua sudah siap?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نَصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي
"Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah atas separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi)
Pada praktiknya, menikah tak semudah membeli barang di toko.
Cocok, ambil, bayar dan bawa pulang. Menikah adalah investasi jangka panjang.
Dengan siapa? Keluarga yang bagaimana? Penghasilan seperti apa? Pertanyaan
wajib bagi setiap pasangan yang akan menapaki kehidupan selanjutnya.
Sebuah investasi jangka panjang artinya akan semakin mahal jika punya bargaining position. Begitu pula menikah, tidak asal comot, tidak asal pilih, tetapi menggenapkan hati dengan sosok yang tepat pada waktu yang tepat. Marry with the right person in the right time. Karena menikah tidak hanya untuk hari ini dan lusa, tetapi sepanjang masa, hingga mungkin dapat menjadi akhir yang indah di Jannah. Mahal jika seperti apa? Mahal jika pasanganmu mampu membimbing menuju kebaikan, berproses dari hari ke hari, mencari keridhoanNya, dan saling menjaga untuk selalu taat. Menikah bukan soal pasanganmu cantik dan tampan, menikah tanpa landasan agama hanya akan membuat bahtera menjadi keropos, mudah rapuh dan hancur dihantam gelombang. Mau?
Pasangan yang tepat akan mampu mendidik putra-putri sholeh sholehah. Anak adalah tabungan akhirat, akan menjadi apa seorang anak tergantung pada tangan dingin orangtuanya, harta yang menafkahinya, nyaman tidaknya di dalam rumah. Bukankah seseorang bisa saja gagal masuk surga karena dosa sang anak adalah bagian dari tanggungjawab orangtua di hadapan sang Khalik? Di Padang Mahsyar setiap individu akan dimintai pertanggungjawabannya, termasuk tentang anak-anaknya.
Aku, telah berikrar jauh sebelum hari ini, hari di saat aku
memutuskan untuk terus membersamaimu. Hari itu aku berdoa, semoga lelaki ini
adalah lelaki terakhirku yang akan menghalalkanku. Mungkin ada malaikat yang
sedang duduk dan mencatat doaku, hingga akhirnya dengan segala macam godaan
yang datang silih berganti, dengan berputarnya masa, dan terpisahnya jarak
antara aku dan kamu, akhirnya kita menikah.
Di hari pertama kita menikah, rasanya seperti mimpi, rasanya janggal
ada yang tidur di sampingku. Ayah dan Ibu pun masih tak menyangka beliau kini
punya menantu. Mungkin karena kita yang tak selalu bisa bersama, mempertahankan
kepentingan masing-masing untuk bertahan hidup. Merelakan jarak dan waktu
membelenggu kehidupan rumah tangga kita. Sengaja mendahulukan akad nikah, agar
terasa lebih sakral dan khidmat, tak terganggu oleh terburu-burunya waktu
resepsi. Sengaja hanya mengundang satu, dua, tiga orang, supaya tak terdengar
suara riuh di balik punggung kamu saat mengucap ikrar sehidup semati.
Perhelatan resepsi, persiapannya tak sesingkat yang orang dengar
dan lihat. Diawali dengan keinginan untuk mempertahankan budaya leluhur,
akhirnya tercetus tempat resepsi di Kota kelahiran Ayah tercinta. Surakarta
Hadiningrat. Terpilihlah sebuah gedung megah, gedung terbaik di Kota ini. Graha
Saba Buana, yang dipesan 1 tahun sebelum acara berlangsung. Mungkin beberapa
orang akan berfikir, mengapa resepsi harus begitu mewah? Mewah adalah nomer
kesekian yang aku pikirkan. Hal utama yang aku junjung tinggi adalah memuliakan
tamu. Sekian banyak resepsi yang ku hadiri di kota kelahiranku, Purwodadi, tak
ada satupun yang tamu-tamunya bisa duduk dengan tenang, kalau adapun kursi,
maka harus berebut dengan pihak keluarga besar, lazimnya kursi tersebut untuk
undangan VVIP seperti keluarga. Itulah poin kedua mengapa ku jatuhkan pilihan
pada kota Solo, the spirit of Java, karena di kota inilah tradisinya masih
kental. Sajian terbaik, pelayanan terbaik tentu akan membuahkan kenangan
terbaik bukan? Tak hanya aku kamu yang terkenang, namun aku ingin semua tamuku
mengenang hari ini dengan sangat baik. Bukankah membahagiakan oranglain akan
menarik kebahagian-kebahagian yang lebih banyak untuk diri kita? Bukan tanpa
pilu dan peluh untuk menyempurnakan acara ini, dongkolnya hati karena harus
bermacet ria menuju lokasi menjadi faktor utama kisah duka bagi para tamu,
tetapi aku berani menjamin, kisah duka itu terbayar jika mereka datang di waktu
yang tepat.
Serangkaian prosesi kini telah berakhir, saatnya bangun dari
mimpi untuk mencapai mimpi yang tertunda. Jika bulan lalu berdoa untuk bisa
terus bersama denganmu dan begitu cepat Allah meresponnya, maka bulan ini
adalah saat yang tepat untuk memantaskan diri, menjadi seorang multitasking
yang selalu ceria melaksanakan segala kewajiban? Bisakah tetap seperti itu saat
sudah diberi tanggungjawab lebih? Aku yakin, tak ada hasil yang mengkhianati
proses. Maka pada hari ini, aku harus 100x lebih powerful dari aku yang
kemarin. Siapkah menerima peran baru di usia 26? Mari berprogress, bukan hanya
beradaptasi.
Semangat!!
Semangat!!