Judul ini dibuat untuk memenuhi
ruang-ruang sendu dari seseorang yang sedang diuji dengan pasangannya.
Setiap insan, tentu akan berharap
bahwa pernikahan adalah hal yang sakral dan cukup dilakukan sekali seumur hidup,
namun tidak banyak yang kemudian berhasil mempertahankannya sehingga berita
perceraian selalu muncul silih berganti, bagaimana bisa?
Wahai jiwa-jiwa pengembara yang
sedang mencari cinta sejati, sesungguhnya manusia hidup telah ditakdirkan untuk
berpasangan, namun kita tak tahu dengan siapa sebenarnya jodoh yang ditulis pada
Lauhul Mahfudz?
Mungkin sulit untuk membuka diri
setelah merasakan patah hati, namun diri harus terus bergerak untuk
menyempurnakan separuh dari agama. Mengapa menikah menjadi hal yang perlu
dikejar?
“Siapa yang menikah, berarti telah melindungi setengah agamanya. Karena itu bertaqwalah kepada Allah untuk setengah agamanya yang kedua.” (Tafsir al-Qurthubi, 9/327)
Dengan menikah, melindungi
manusia dari perbuatan zina, karena dua bagian tubuh manusia yang menjadi
senjata syaitan untuk menarik ke neraka adalah mulut dan kemaluannya..
Lalu bagaimana kita bisa betul
yakin menikah dengan orang yang tepat?
Perjalanan asmara seseorang
sebetulnya sangat mudah dikenali yaitu dari mata turun ke hati, dari kebiasaan
yang sering terjadi.. kecocokan memadu padankan di awal pertemuan terasa mendesirkan
hati, begitulah terus-menerus terasa menyenangkan hingga aib dan ego terbuka
satu per satu.. apakah akan bertahan atau memilih mundur?
Pun setelah menikah, tidak lantas
akan membuatmu tenang seutuhnya.. karena hidup adalah belajar sepanjang hayat,
menikah tidaklah menjadi gerbong terakhir sebelum kematian.. namun awal dari
perjuangan yang besar sebagai manusia dewasa.. mengapa?
Sebagian besar anak muda saat
ini, dipertontonkan bagaimana sulitnya hidup berumah tangga, bagaimana sulitnya
mengurus anak hingga banyak yang bersemboyan child free.. karena tak mau ambil
pusing dengan segala keribetannya,
Namun, jika masih ada sedikit
iman dan taqwa serta al-qur’an yang selalu menyinari hari-harimu, tentulah
pernikahan dan mempunyai keturunan menjadi cita-cita bagi pemuda maupun pemudi.
Sebab, banyak ayat pada kalam Allah yang menerangkan bagaimana pahala-pahala yang
besar diperoleh dari kehidupan pasca menikah.. menyentuh pasangan halal adalah
pahala, melahirkan diganjar surga, menyusui, mendidik anak, dan seterusnya,
bagaimana jika tidak menikah? Apakah bisa semua itu dilakukan?
Pertanyaan terberat bagi orang
yang akan menikah adalah dengan siapa aku menikah? Maka, pantaskanlah diri
sebaik mungkin, karena jodoh adalah cerminan dari diri kita, jangan berharap
mendapat yang sholeh, kalo kita saja masih ugal-ugalan.. jangan berharap pula Wanita
cantik yang lemah lembut, jika hati kita masih begitu keras..
Terkadang ada yang butuh mengenal
lama, baru menikah, ada yang sebentar saja lalu menikah, apakah semua itu akan
menentukan kelanggengan hingga maut memisahkan? Tentu tidak, karena manusia
mudah berubah, mudah terpengaruh, dan mudah untuk berpaling..
Pekerjaan syaitan adalah
menjerumuskan manusia, bagi mereka yang sudah menikah, tantangannya adalah
menaklukkan ego masing-masing, karena pernikahan adalah seni mengalah, tidak
bisa saling menang.. tetapi saling mengisi kekosongan.. syaitan akan senang
sekali jika pernikahan seseorang hancur.. karena ibadah-ibadah manusia tersebut
yang dapat dilakukan saat menikah akan Kembali ke nol..
Godaan sebelum menikah pun sangat
nyata, karena lagi-lagi tugas syaitan untuk menggagalkan seluruh perbuatan baik
dengan muara surga.. Ada yang tiba-tiba ketemu mantan kekasih, atau seseorang
yang lebih baik, diuji dengan permasalahan keluarga, dan seterusnya.. memang
itu perlu untuk menguji keyakinan kita, apakah akan tetap menerima kekurangan
atau mundur dengan berharap ada yang lebih baik lagi..
Lalu, mengapa harus patah hati?
Allah pastilah tau mana yang terbaik untuk kita, namun perlu diupayakan dengan
doa dan sikap yang baik.. semakin bertambah usia, semakin kompleks
permasalahan, bagaimana cara kita menghadapi permasalahan sejatinya mencerminkan
kualitas diri kita..
Setiap permasalahan datangnya dari
manusia itu sendiri, namun atas kehendak Allah, dan mengabaikan permasalahan
untuk dibiarkan menguap sebetulnya adalah ketidakmampuan diri sendiri mengelola
emosi..
Secinta-cintanya kita terhadap
makhluk, jangan sampai melebihi cinta kita kepada Allah SWT.. karena cinta makhluk
akan sangat mudah berubah, namun cinta Allah tak pernah sedikit pun berubah
bagi hambaNya..
Kenalilah diri sendiri lebih
jauh, sebab itu yang akan menolong pada situasi-situasi yang sulit, tanpa
mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri, maka mustahil dapat memecahkan
masalah satu dan masalah berikutnya.. bagaimana cara kita mengenali diri
sendiri, dengan petunjuk dari Allah, dengan sering melakukan self-talk, muhasabah,
evaluasi diri, dan berkomunikasi pada yang menciptakanNya..
Dengan demikian, semua masalah
pada semua level status akan lebih mudah diatasi saat kita mampu mengendalikan
diri, menempatkan diri, membaca situasi, menguatkan diri sendiri..
Wahai jiwa yang kini patah hati,
ambillah wudhu, tunaikan sholat dua rakaat, mengadulah pada penciptaMu,
menangislah sehebat apapun dalam sujudmu, karena air mata kesedihan itu akan segera
digantikanNya dengan air mata kebahagiaan.. tenanglah, Allah selalu ada
untukmu.. kapanpun itu..