This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Orang tua Terbaik Nomor Satu di Dunia



This story for ELS[Edu Life Skills] submit on May, 21th 2011.

Kisah ini bukan fiktif dan rekayasa belaka, so stay tune and feel what I feel. Cekidot.

Dunia, hanya dihitung dari selembar uang, harta dan materi. Apakah bisa orang di dunia ini hidup tanpa uang? Tentu ada, namun hal itu hanyalah minoritas. Karena pada dasarnya manusia menggemari kesenangan, sedangkan kesenangan selalu diukur oleh uang. Lantas adakah orang yang bisa senang tanpa uang? Tentu kemungkinan selalu ada, tetapi naif jika orang berkata, “Saya tak butuh uang untuk membuat keluarga saya bahagia.” Bagi mereka yang memang sejak lahir sudah terlahir dari keluarga yang kaya raya tentu tak akan pernah berpikir seperti ini, memang terkadang orang kaya belum berarti bisa bahagia. Hal ini bisa jadi karena ruhaninya kosong, hanya memikirkan dunia, dunia, dan dunia. Namun berbeda bagi mereka yang serba kecukupan, lebih kreatif, kuat, dan mandiri.

Jika saja saya terlahir menjadi anak konglomerat mungkin ceritanya tak akan seperti ini, jika saya terlahir menjadi anak pejabat, pun hidup saya tak akan berwarna seperti ini. Entah harus dikatakan hidup prihatin atau memprihatinkan, tetapi saya lebih suka berkata bahwa saat ini mungkin saya dan adik lelaki saya baru mencoba hidup prihatin, menempa diri kami agar menjadi pribadi mandiri yang lebih tangguh di tengah keadaan yang serba cukup dan jauh dari kata berlebihan. Two thumbs up untuk kedua orang tua kami yang mampu mendidik, menjaga, menyayangi dan melindungi kami hingga sebesar ini. Teringat ketika saya masih kecil, bahkan ibu saya harus menjual hasil tanaman ayah di sawah saat matahari masih tersipu untuk menampakkan sinarnya. Sekarang mungkin jauh lebih baik. Mereka tak kenal lelah untuk bisa mencukupi kebutuhan kami, memberi apa yang kami pinta dan tetap tersenyum meskipun terkadang permintaan kami sedikit tidak realistis bagi mereka. Kini pun saya tahu, dari beragam peristiwa yang telah datang dalam kehidupan saya, sedikit banyak saya pun bisa merasakan bagaimana perasaan orang tua saya ketika tak mampu memberi apa yang kami, putra-putrinya inginkan. Tercabik, tentu saja. Di satu sisi mereka ingin selalu membuat kami bahagia namun di sisi lain, mereka harus beradu argumen tentang penting tidaknya sebuah keinginan yang harus direalisasikan mengingat banyaknya kebutuhan yang jauh lebih urgent.

Jujur, sejak ketikan pertama dari artikel ini, bulir demi bulir air mata membanjiri mata saya karena berkisah tentang orang tua bagi saya selalu dan tak pernah luput dari isak tangis. Bahkan jika sampai ibu saya memberi nasehat, saya pun langsung tertunduk dan terisak hingga sesenggukan. Bukan karena apa, namun kecintaan pada mereka teramat kuat tersemat di dalam hati saya hingga sekelebat saja saat wajah mereka hadir, tak kan bisa saya menahan kerinduan dari perantauan ini.

Cinta yang teramat sangat ini dapat bersemi di hati kami karena kegigihan yang ditunjukkan oleh ayah dan ibu kami dalam memperjuangkan hidup kami, pendidikan terbaik bagi kami dan harapan yang besar untuk kami. Meskipun jarang kami bisa berjumpa dengan keduanya, namun hati kami telah cukup memakluminya, semua demi kami. Berita yang sungguh menohok hati saya adalah ketika kejujuran yang mereka selalu ajarkan kepada kami ternyata harus didustai oleh rekan kerja mereka. Dan saya tahu, itu menyakitkan, dan saya tahu itu berat dan saya tahu, kondisi tersebut semakin membebani kondisi keuangan keluarga kami, mengapa harus selalu terjadi penipuan, kebohongan dan melempar tanggung jawab seperti itu, mengapa orang tua saya harus didzalimi orang-orang yang licik. Well, tetapi dengan kekuatan yang bersumber dari sang Khalik pun, kami semua mampu menata kembali emosi yang terlalu labil. Orang tua kami selalu mengajarkan, masalah sepelik apapun semua bersumber pada iman, jika kita masih punya iman niscaya Tuhan kita pun akan mampu menjadi persinggahan terbaik dalam menyelesaikan masalah tersebut dan hal mendasar yang pertama kali orang tua saya tanamkan adalah tentang ilmu agama. Agama yang baik tentu akan membentuk kepribadian yang baik pula. Banyak hal yang orang tua kami ajarkan meski banyak juga yang disampaikan secara tersirat, bukan hanya sekedar teori, tetapi mereka lebih sering membiarkan kami sebebas mungkin berekspresi, menangkap pelajaran dari setiap sikap yang mereka tunjukkan. Menurut saya, hal itu lebih efektif daripada harus banyak cuap-cuap namun prakteknya nol.

Hal yang membahagiakan bagi kami berempat, tentu ketika semua berkumpul di rumah kami yang mungil. Dan keputusan orang tua saya untuk menyekolahkan adik saya ke luar kota merupakan hal terbaik yang pernah mereka buat. Selain demi masa depan yang lebih baik, terpisahnya saya dengan adik saya telah mampu menumbuhkan kasih sayang yang kuat di antara kami berdua. Karena memang sebelumnya saya tak pernah merasa sedekat ini dengan adik saya. Meskipun adik saya masih terlalu kecil untuk mengawali perantauannya, terpisah dengan sosok ayah dan ibu namun orang tua saya telah mempertimbangkan dengan bijak bahwa seorang laki-laki dituntut lebih fight dan kerja keras sejak dini untuk bisa membangun karakter yang kuat. Dan saya bisa merasakan sedikit demi sedikit perubahan sikap pada adik saya yang lebih tegar dan tak lagi cengeng seperti ketika dia selalu berada di tengah orang tua saya.

Dan kini pun saya rindu, kami merindu. Merindukan setiap senyum dari ayah, ibu dan adik yang saling berjauhan dari diri saya. Kami pun putra-putrinya telah berjanji, bahwa nanti ketika mereka tak lagi muda, ketika mereka tak lagi mampu untuk bekerja keras, dapat kami pastikan bahwa kami mampu bisa dan yakin untuk bisa menjadi orang besar yang akan mengangkat derajat keluarga kami! Untuk mereka yang terbaik, orang tua nomor satu di dunia :)


0 komentar:

Posting Komentar

sumonggo dipun komen :)